Selasa, 02 April 2013

Terapi Humanistik Eksistensial

                                                                   Terapi Humanistik Eksistensial

A. Sejarah Humanistik 
      Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia seolah-olah suatu kesatuan teknik – teknik  yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia. 
B. Konsep Utama 
1. kesadaran diri 
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasanKesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
3.  Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
C. Tujuan terapi .
pasien semakin effektif dalam memecahkan masalah, penyesuaian dirinya secara psikologis semakin mendekati  optimal , pasien semakin mengalami penerimaan diri dari orang lain. 
D. Fungsi dan peran terapi 
         Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi, Menyadari peran dari tanggung jawab           terapis.  Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik, Berorientasi pada pertumbuhan. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi,   Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
kelebihan dan kekurangan 
  • kelebihan : Humanistik eksistensial membuat seseorang merefleksikan hidupnya , Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri, 
  • kekurangan : memerlukan waktu yang cukup lama, dan tidak efektif .



sumber :  Drs.Yustinus Semiun, OFM.2006.  TERAPI-TERAPI HUMANISTIK-EKSISTENSIAL.Jakarta  .Kanisiun

Corey, Gerald. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar