Terapi Perilaku mencakup sejumlah metode terapi yang berbeda-beda yang kesemuanya itu didasarkan pada teori-teori belajar. Para ahli behaviorist beranggapan bahwa perilaku maladaptif merupakan cara untuk menanggulangi stres yang sudah "terbiasa" pada diri seseorang, sehingga beberapa teknik perilaku yang dikembangkan dalam percobaan dapat digunakan untuk menggantikan respon maladaptif tersebut dengan respon baru yang lebih tepat. Jika terapis psikoanalisis berkaitan dengan masa lalu, maka terapi perilaku lebih memusatkan langsung kepada perilaku itu sendiri (Atkinson dkk., 1993, dalam Riyanti dan Prabowo).
Dua aliran utama yang menjadi pijakan dalam metode-metode dan teknik-teknik pendekatan terapi yang didasarkan kepada teori belajar adalah Pengkondisian Klasik dan Pengkondisian Operan. Pengkondisian Klasik atau pengkondisian responden dari Pavlov, pada dasarnya melibatkan stimulus tak terkondisi (UCS) yang secara otomatis membangkitkan respons berkondisi (CR), yang sama dengan respons tak berkondisi (UCR) apabila diasosiasikan dengan stimulus berkondisi (CS), sehingga lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR (Corey, 1995 dalam Riyanti dan Prabowo).
Pengkondisian Operan melibatkan pemberian ganjaran (reward) kepada individu atas pemunculan tingkahlakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul. Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah "pengkondisian instrumental", karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental dapat dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum perkuatan (reinforcement) diberikan untuk tingkah laku tersebut (Corey, 1995 dalam Riyanti dan Prabowo).
Berdasarkan kedua aliran dalam teori belajar tersebut diatas, maka para ahli kemudian mengembangkan beberapa teknik atau metode terapi yang antara lain meliputi desensitisasi sistematis, assertive training, modeling, gestalt, terapi implusif, terapi aversi dan positive reinforcement.
Meski Skkiner bukan ahli psikologi klinis, teori dan praktek pengkondisian operannya telah membawa dampak terhadap upaya-upaya terapi atas beberapa bentuk tingkah laku yang menyimpang, yang kemudian menghasilkan satu pendekatan dalam psikoterapi yang dikenal dengan istilah terapi tingkah laku (Behavior therapy).
Terapi perilaku memiliki dasar yang sederhana, yakni bahwa tingkah laku yang menyimpang yang terdapat pada individu adalah sebagai hasil pengalaman pengkondisian yang keliru. Oleh karena itu, tugas utama dari seorang terapi adalah menghapus tingkah laku yang menyimpang, dan membentuk tingkah laku baru yang layak melalui pemerkuatan atas tingkah laku yang layak tersebut. Jadi, tingkah laku itu merupakan perluasan yang logis dari pengkondisian operan.
Sumber :
Ardani, Tristiadi Ardi dan Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam. (2011). Psikologi abnormal. Cetakan pertama. Bandung: CV. Lubuk Agung.
Riyanti, B.P. Dwi dan Prabowo Hendro. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Gunadarma.